Senin, 26 Desember 2011

Menjadi Penakut


Saya menjadi penakut akhir-akhir ini, seperti ada rasa was-was dan terlalu berhati-hati, tidak hanya berjalan atau pulang tengah malam sendiri, bahkan untuk memikirkan diri sendiri ditahun depan kaki saya langsung lemas, jantung rasanya berdetak cepat sekali, saya lantas menjadi penakut. 

Seperti pagi ini saat saya berniat membuat secangkir kopi untuk meminimalisir rasa ngantuk karna tidur larut semalam, baru saja saya hendak menaruh satu sendok kopi tiba-tiba saja saya mengembalikan lagi ketempatnya semula. Rasa takut kafein dalam tubuh yang tidak pernah saya hiraukan selama ini tiba-tiba mengganggu pikiranku. Saya menjadi gelisah melihat cangkir kopi yang belum terisi apa-apa.

Ibu, saya menjadi penakut ketika melihat ibu yang seharian tidur dikasur tanpa mendengkur seperti biasanya. saya memperhatikan seluruh wajahnya, tubuhnya, hanya untuk memastikan masih ada tarikan nafas disana. saya menjadi penakut kalau saja tiba-tiba Tuhan Mengujiku dengan menjemput ibu seperti ayah dulu.
  
Saya kembali kekamar berdiri didepan cermin besar yang melebihi tinggi badanku. aku memperhatikan tubuhku yang setengah telanjang karna ditutup handuk berwarna  jingga. warna yang tak pernah pantas untukku. aku memperhatikan setiap inci kulitku. selama ini aku terlalu berani, berani menghadapi apapun sendiri dengan tubuh ini. tubuh yang menatapku dengan penakut.

*Menjadi Penakut itu perlu, sekedar supaya kau tahu bahwa Keberanian bukan untuk melawan kehidupan*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar