Minggu, 22 September 2013

Aku tak tahu bagaimana caranya menjadi kekasih


Google Pic
 
Aku tak tahu bagaimana caranya menjadi kekasih...

Aku sedang mencari-cari cara, mencari cara bagaimana menjadi kekasih.
Aku tak tahu berkata mesra, memuji letak kemejamu, atau memilih sebotol parfum untukmu.
Aku masih sering memanggilmu dengan namamu.
Bukankah harusnya aku memiliki nama lain untukmu?
Harusnya kekasih seperti itu.

Aku sedang mencari-cara, mencari cara bagaimana menjadi kekasih.
Aku tak tahu berkata mesra, memberimu ucapan di setiap pagi, atau memilih sarapan sehat untukmu.
Aku masih sering memintamu membuat secangkir kopi.
Bukankah aku yang seharusnya membuatkanmu dengan takaran yang pas?
Harusnya kekasih seperti itu.

Aku sedang mencari-cara, mencari cara bagaimana menjadi kekasih.
Aku tak tahu berkata mesra
Aku hanya tahu memberimu pelukan
Juga kecupan hangat yang menenangkan.
Apakah kekasih seperti itu?

Rabu, 18 September 2013

Merindukan Satu "Perempuan Batu"

 
Hujan terlalu membuat saya menjadi melankolis, menjadi sensitif, menjadi pesimis pada mimpi. Melihat mimpi-mimpi itu berjalan sendiri-sendiri, menjauhi tubuhku dan tubuhmu satu sama lain. saya sedang mengingatmu "Perempuan Batu" satu dari dua perempuan yang telah menyerah pada perut bumi dan perutnya sendiri. "hidup harus realistis nduk?" katamu.

Kamu terlalu cepat membiarkan tiap sisinya yang keras hancur, membuatmu tak sabar menunggu sebentar saja. ya sebentar saja. kamu terlalu cepat menyimpan pena, terlalu cepat berhenti membeli buku, dan lelah menulis isi kepalamu. kamu terlalu cepat meninggalkan batu yang lain, untuk menggelinding sendiri.

Rabu sore kita bertemu lagi, dengan mimpi lain yang menurutmu jauh lebih baik.

Inspired By

Jumat, 06 September 2013

Chit Chat

Ilustrasi : Google Pic
Hey perempuan yang aku kenal keras kepala tapi sensitivenya minta ampun, apa kabar kamu? sehat disana?

hey perempuan keras kepala dan manja, saya baik-baik saja disini, agak repot dengan dua lelakiku dan satu gadis kecilku. sedang bahagia-bahagianya disini, didalam rumah kecil kami.

Ya, kamu kelihatan hebat sekarang, Finally you'll be able to live with your passion, sekarang aktivitasmu apa?

ya iam happy, very happy, saya masih mengurusi banyak hal masih hiperaktif juga, selain masih menulis untuk beberapa portal web majalah wanita, sekarang mengurusi galery bersama suami, alhamdulillah cukup berkembang. sekarang lagi senang-senangnya, anak lelakiku sudah mulai masuk play group tiap pagi mengurus suami dan anak-anak dulu, sedang si gadis kecilku sudah bisa ngoceh banyak, i love my family. suami masih tetap bawel soal kesehatan, apalagi kalau alergi kambuh.

hahaha ya kamu paling keras kepala kalau sudah soal disuruh jaga kesehatan, tapi kalau sudah sakit pasti cengeng? bagaimana coffee shopmu? masih jalan?

ya, so sad lah kalau sudah ngomongin kesehatan, apalagi kalau lagi drop, tapi sudah jarang kambuh juga kok, dua lelaki dan satu gadis kecilku adalah obat mujarab, alarm yang selalu mengingatkan kalau saya musti sehat. coffee shop masih jalan, bahkan berjalan dengan baik, sekarang saya serahkan sama karyawan, saya tinggal mengontrol dan fokus ke galery. 

I'm sure you're a strong woman, kau juga menjaga keluargamu dengan baik? bagaimana screening and social activities? masih concern disitu? 

yeah of course, I give most of my life to do that. kamu tahu kan saya sangat mencintai dunia itu. saya bersyukur ditemani lelaki yang juga memiliki passion yang sama. semoga Tuhan mengijinkan kami untuk terus bersama.

Oke, kamu sudah mendapatkan apa yang kamu inginkan? Sehat, Bahagia, Sejahtera, dan hidup dengan tidak melupakan passionmu dalam hidup. terima kasih sudah bermanfaat untuk orang lain. apa yang kamu inginkan sekarang?

saya tak ingin apa-apa lagi, sudah diberikan terlalu banyak, walaupun menurut orang lain saya hanya diberikan sedikit oleh Tuhan, saya mencintai apa yang saya miliki sekarang, kesehatan, kebahagiaan, materi yang cukup, dan hidup yang tidak sia-sia. Terima kasih TUHAN dan Terima Kasih untuk kamu yang tidak begitu Egois, untuk kamu yang mau merendahkan hatimu, untuk kamu yang selalu pelan-pelan belajar bersyukur, untuk kamu yang menjaga hati dan tubuhmu dengan baik, untuk kamu yang mencintai sekitarmu. Terima kasih untuk Kamu Soraya Pinta Rama. :)

Black Coffee

Ilustrasi : Google pic



Di bibir pintu coffee shop, aku bertemu masa lalu, bertemu ia yang dulu memaksaku menukar cangkir-cangkir kopi ini dengan air mineral yang selalu ia bawa, malam itu berharap kacamataku patah jadi dua. Aku terpaku apakah harus menyapanya atau langsung masuk saja ke dalam, berharap kami tidak pernah saling mengenal sebelumnya. Namun belum sempat aku memutuskan harus bertindak apa, ia sudah menyapaku sambil tersenyum.
“Hai, sendirian?”
“Emm iya.” jawabku dengan nadi yang nyaris tak berdetak.
“Sudah lama?”
Aku menatapnya dengan lekat, aku tahu ia hanya berbasa-basi. Percakapan basa-basi itu seperti tanda yang mengharuskan kami menyeduh kenangan, memanggil masa lalu untuk kembali dicumbu.
“Baru saja.” jawabku sedikit gugup.
“Kita duduk disana yuk!” ajaknya sambil menunjuk sebuah meja dengan dua kursi kosong yang berada di sudut ruangan itu.
“Kamu masih ingat kan?” tanyanya dengan tatapan serius.
Aku sudah menyangka ia akan menanyakan pertanyaan itu lagi. Aku menyembunyikan rasa gugup, mataku mencari-cari pelayan, mengalihkan suasana yang dingin. Coffe shop itu masih lengang dengan pelanggan setianya, bau kopi dari coffee maker seakan menjadi candu untuk selalu kembali pulang ke tempat ini. Tempat yang dulu pernah menjadi neraka bagi masa laluku. Dan sekarang, aku harus kembali ke waktu itu. Harusnya aku menuruti apa kata hatiku untuk tidak mengunjungi tempat ini lagi. Aku hanya berkeinginan untuk merubah paradigma tentang tempat ini dan masa laluku. Aku kembali, kembali dengan tujuan yang berbeda namun sekarang aku telah terjebak.
“Eh, ingat...” jawabku sambil melihat ekspresi wajahnya. Ekspresi yang sangat menggangguku sejak pertama kali melihatnya di tempat ini lagi. Kutepis dengan diam. Angka 5 yang terpajang di atas meja menjadi selingkuhan mataku agar tak lagi tergelincir dalam bola matanya. Bola mata yang menipuku setahun silam.
“Kopi dengan setengah sendok teh gula kan?” tanyanya padaku, sebagai bentuk pernyataan ia masih mengingat takaran kopi yang selalu kuminum di tempat ini.
“Kali ini tanpa gula.” jawabku langsung pada waitres yang langsung mencatat apa yang kupesan.
Ia hanya menghela nafas sambil menatap wajahku yang masih datar-datar saja sejak tadi.
Aku tidak mengerti apa yang sedang terjadi, sepertinya diantara kita terlihat baik-baik saja. “Apakah ia sudah melupakannya? Ah tidak mungkin.” Batinku. Tapi sebenarnya bukan itu yang kukhawatirkan.
“Ada yang ingin kutanyakan.” Tanyanya dengan alis mengkerut dan bibir gemetar yang terus dibasahi. Matanya nampak lari menatapku, seolah sedang berbicara pada karnivora yang siap menerkam.
Aku menghela nafas panjang, baru saja aku berniat untuk mengutarakan sesuatu, tetapi ia lebih unggul mendahului suasana. “Silahkan.” Jawabku dengan tenang.
“Kamu tak lagi minum kopi dengan takaran seperti biasanya? Menolak apapun seperti biasanya? Bahkan sama sekali tak menghadirkan apa-apa seperti dulu?” ia terus menghujani tanya tanpa sedikitpun memberikan jeda.
 “Aku tidak bisa minum kopi lagi, kafein sudah terlalu bahaya untuk tubuhku.”
“Lalu, kamu memesan kopi tanpa gula?”
“Untuk apa?” aku memotong sebelum ia melanjutkannya. “Pasti kamu ingin menanyakan hal itu bukan?”
Wajahnya mengangguk tanpa mengeluarkan kata.
“Aku hanya ingin menatap kopi itu. Mengingat semua kemanisan di dalam kopi tanpa gula itu.”
Raut wajahnya nampak tak bergerak, larut dalam diam di tengah-tengah para pelayan yang hingar-bingar itu. Bibirku membuyarkannya, “Bolehkah giliran aku bertanya?”
Kembali ia mengangguk.
“Kuda laut itu, kamu masih merawatnya?” tanyaku getir sedikit khawatir.
“Kenapa kamu bertanya seperti itu?” tanyanya seketika, seolah tak menyangka aku akan menanyakan hal itu.
Tanganku dingin. Bibirku mengatup. Hening.
“Aku tahu ia yang memberikannya padamu, lelaki itu, lelaki yang tidur bersamamu.”
Ia hanya diam. Lalu melepaskan topi yang menutupi rambutnya yang cepak.
Aku hanya bisa menatap angka 5 yang menandai nomor meja itu. Kutatap lekat dengan pikiran melayang, hingga lamunanku buyar ketika angka 5 itu berubah menjadi angka 2. Sudah hampir sejam rupanya aku melamun dalam kesendirian di coffee shop ini. Aku sendiri, bersama rokok yang tergenggam di tangan. Tak ada siapapun, kecuali pelayan kasir yang duduk termangu. Aku larut dalam lamunan duniaku setahun silam.

Hey Readers,
lama gak nulis tiba-tiba posting tulisan ini. hehehe. Tulisan yang tidak seperti biasanya, jadi ceritanya kemaren lagi dilanda kebosanan penuh, pergilah saya janjian sama temen ke coffee shop populer dikota ini, bertemu sama @dewi_datz and @ufiqupiq mesen kopi, kentang goreng, dan roti bakar yang ketika udah dipesan tetep juga gak tersentuh.

Diantara kebosanan kami, akhirnya tercetuslah ide iseng-iseng yang smart hahaha, membuat cerpen pendek yang sangat pendek, jadi tulisan ini kami kukuhkan sebagai Cerpen pendek, yang sangat pendek, cerpen ini kolaborasi kami bertiga dimana tiap orang membuat satu kalimat yang nanti secara bergantian menyambung kalimat perkalimat tersebut sampai sepakat tulisan itu harus diakhiri. cukup menguras energi karena gaya menulis kami yang berbeda.

So kalau kalian bacanya agak mumet, SAMA kami juga mumet tuing-tuing hahaha, tapi dari pada sama sekali nggak nulis kan? ya udah deh, terima kasih sudah membaca, kalian juga bisa kunjungi blog mereka kalau mau bedain gaya tulisan kami secara pribadi. Sampai ketemu ditulisan berikutnya yaw :)

Sabtu, 18 Mei 2013

Lelaki Yang Pernah Berpetualang Denganku.



Hey kamu lelaki yang pernah berpetualang denganku. Apa kabar kau disana jimz?
malam ini ada yang tidak beres dengan tidurku, harusnya saya sudah tertidur sebab besok harus bangun pagi untuk jadwal sharing dengan anak-anak Madani, biasalah jimz, jadwal untuk memperkaya bathin hahaha.

Hey kamu lelaki yg pernah berpetualang denganku. tadi saya iseng lihat-lihat foto pertemanan kita, foto di laptop lama yang sudah tidak bisa dibawa kemana-mana, ingat foto ini jimz? foto pertama kali kita berpetualang bersama, yang katamu ini pengalaman pertama yang kau tidak bisa lupakan selama hidupmu. bukan karena specialnya saya, tapi karena ini pertama kali kau keluar kota hahaha dan norak menurutku!

Hey kamu lelaki yg pernah berpetualang denganku. Sejak dengar kau akan pindah dan mempertaruhkan kehidupanmu di Bali, saya mungkin orang paling berbahagia mendengarnya. saya tahu memutuskan resign dari kantormu keputusan yang tidak gampang. tapi saya tidak setuju kalau kau harus menua disitu, menyimpan dibawah bantal semua mimpi-mimpimu yang pernah jadi obrolan kita dulu. ah tapi ada hal yang saya syukuri saya bukan orang terakhir yang harus kau tinggalkan, untuk itu saya tidak perlu sehisteris teman-teman kantormu yang merasa kehilangan.

Hey kamu lelaki yg pernah berpetualang denganku. kalau kau pikir saya biasa-biasa saja, kau juga salah, mungkin yang kau lihat sekarang saya sudah terbiasa. terbiasa tak pernah seru-seruan lagi denganmu, tak pernah lagi memboncengmu setiap pulang kerja, tak pernah lagi sekamar denganmu, tak pernah lagi merajuk dan memintamu tidur denganku hanya karena ingin kau mendengar cerita soal si Mas-mas itu. Terima Kasih sudah meninggalkanku sejak dua tahun lalu, mempercayakan saya untuk dijaga Dia hingga sekarang. setidaknya saya jadi tak sehisteris teman-teman kantormu itu.

 Hey kamu lelaki yg pernah berpetualang denganku. Terima kasih sudah memilih saya untuk kau recoki hidupnya hahaha. dan saya masih tak pernah melupakan kau karena tulisan ini --->   Kafein 

Terima kasih Jimmy...
Semoga kau Bahagia dengan hidupmu!
Dan Selamat Berpetualang tanpaku :*




Minggu, 21 April 2013

Alina, kemudian Nayla


Aku ingin seperti Alina,
Perempuan yg berani meminta sepotong senja pada pacarnya
Tapi ciuman terlanjur jadi candu untukku,
Nayla.

Percakapan Mata #2


Pertemuan sore tadi,
Diantara ikatan jemari dan tatapan senja
Juga rindu yang malu-malu.
Ini cinta juga kita
Cinta yg terbentuk dari kata dan mata
Kita yang rindunya nyata dan tertata.

Percakapan Mata


Jika suatu saat aku bertemu kamu dari masa lalu,
Aku harap kaca mataku patah jadi dua
Lensanya pecah
Aku tak ingin melihatmu dalam kejelasan
Hingga mengundang debar.

Kamis, 18 April 2013

Hujan-Kopi-Pelukan




Hujan
Kopi
Pelukan
Kopi
Hujan
Pelukan
Hujan
Hujan
Pelukan
Pelukan
Pelan-Pelan Lepas Tanpa Kecupan

Satu paragraph saat masuk hutan


“aku ingin mengajakmu mengulang masa lalu, menarik tanganmu masuk ke dalam hutan yang sudah lama kau tinggal ke kota, aku takut kau lupa bentuk daun, lupa suara air terjun, dan lupa rasa buah masam yang sempat kau tinggalkan pada lidahku. aku ingin kau berlari kehutan kemudian tersesat bersamaku”